Tempat ini dikenal dengan nama Tanah Tingal. Di
Tanah Tingal awalnya adalah rumah keluarga Almahum Budihardjo, mantan Menteri Penerangan pada masa pemerintahan Soeharto. Sudah ada sejak tahun 1960-an. Tempat ini kemudian disulap menjadi tempat wisata alam dengan konsep pendidikan pada awal 2000-an. Nama Tanah Tingal diambil dari nama salah satu dusun di Yogyakarta yang merupakan tempat kelahiran Budihardjo.
Seiring waktu, pengelolanya menambahkan menambahkan sarana bermain untuk menumbuhkan kreativitas anak-anak. “Biasanya, dua pekan sekali, anak-anak minta datang ke sini. Mereka senang main outbound. Sesekali main perahu kayak,” ujar Santi, ibu rumah tangga yang membawa dua anaknya.
Awalnya, Santi tidak pernah tahu Tanah Tingal adalah tempat wisata alam. Dari banyak informasi, akhirnya ia mencoba datangi. Ternyata, kata dia, suasananya nyaman dan teduh. Apalagi di semua tempat ada pengelola yang mengawasi.
Melalui tempat ini, ujar Santi, ia bisa mengajari anak-anak mengenal lingkungan. Anak-anak dapat mengenal aneka tanaman, belajar mendayung perahu kayak, dan dengan outbound dapat menumbuhkan jiwa keberanian. “Ini untuk membentuk mental anak agar berani mengambil keputusan,” kata Santi.
“Saya suka dengan suasana keteduhannya. Jarang di Jakarta mendapat suasana teduh dari pepohonan. Apalagi, masih relatif jauh dari kebisingan
Beragam permainan memang sengaja ditata untuk merangsang nyali, mental, dan rasa percaya diri. Di lahan seluas 10 hektare ini, pengelola juga membangun ruang pertemuan yang mampu menampung 200 orang. Namanya, Ndalem Tingal. Bangunan ini ada di bagian depan. Kolam renang Kungkum Ayu juga dibangun. Letaknya bersisian dengan resto Tombo Ngelak.
Tak ketinggalan, ada kebun bibit anggrek berikut ruang pamer. Ini memang disediakan sebagai wadah bagi penggemar anggrek untuk berkumpul dan melakukan kegiatan. “
“Tanah Tingal memang berbeda dengan tempat wisata lainnya. Walaupun kecil, tapi kita upayakan bisa menjadi sarana lengkap untuk liburan di akhir pekan bagi keluarga,” ujarnya.
Suasananya memang mengasyikan untuk bersantai. Keteduhan pepohonan membuat ingin rasanya bisa berbaring di bangku taman yang sudah disiapkan. Apalagi bisa menikmati air kelapa yang masih segar sambil duduk di atas rumput hijau. Segar untuk hapuskan kepenatan.
8 Komentar
tapi banyak nyuamuk gede2 kasihan tuh anak2
Agus : Saya bukan blogger walking. Saya hanya kebetulan seorang jurnalis yang pernah jalan-jalan. Jadi, kebetulan sambil di tulis aja. Bukan cuma wisata, tapi tentang apa aja.